Senin, 07 Januari 2013

on
Cuplikan kampanye peduli lingkungan yang mashur . Di Pulau Lombok cuplikan diatas mulai mendekati kenyataannya. Dan terlebih Setelah musim peng-oven-an  tembakau tahun ini. Para penikmta dan pecinta sayur asem waspadalah ;  “untuk sekedar menikmati kandok pedis panas, atau kandok komak kelak pedis atau  pindang  tidak bisa minta di buatkan begitu saja seperti sekarang ini, karena di tahun setelah tahun ini, tidak mutsahil kita harus Impor Bagek/Asem jawa untuk itu”.

Sejak konversi (lebih tepatnya ; pemerintah tidak mau lagi memberikan subsidi minyak tanah untuk kebutuhan petani) Mitan ke Batubara bergulir. Pohon-pohon Bagek yang berusia ratusan (yang sejak jaman jepang belanda di dapat oleh generasi renta sekarang begitu kenampakannya), bahkan ada yang sudah jadi brandmark desa, menjadi buruan, tumbal bagi kebutuhan bahan bakar. Dengan kelebihan ; kandungan kalor yang tinggi, cepat menyala, tahan lama dan minim abu, menempatkan kayuk Bagek/Pohon Asam Jawa merupakan favorit para Peng-oven. Dan tak ada aturan tentang menebang Bagek. 

Duh Bagek yang remeh temeh. Harganya mulai membubung tinggi di pasar local. Siapa menduga. Rp. 10 ribu cuman dapat satu kepalan saja (tentu bukan kepalan  mike Tyson alias  kepalan local). Jangan menduga (sasak ; ndak dugakn alias jangan remhenkan pula ) Bagek bisa saja memicu inflasi seperti hal nya Sebie/cabe yang sempat bikin pusing karena lambungan harganya menembus batas mimpi pak Tani tentang harga , menjelang awal sampai pertengahan tahun ini.  

Popular Posts

ADBMI Lombok Timur. Diberdayakan oleh Blogger.