Senin, 25 Februari 2013

on
Terkadang timbul rasa kebencian  pada sosok laki – laki, kenapa perempuan seakan hanya  menjadi  pelampiasan nafsu birahi dari laki – laki, di luar sana , di kebanyakan tempat saya melihat perempuan begitu rentannya terhadap pelecehan, tindakan abnormal laki – laki terkadang melecehkan perempuan – perempuan, apakah sebegitu lemahnya perempuan hingga mengalami hal – hal yang tidak menggenakkan dari kaum laki – laki, apakah perempuan tidak bisa melawan ketidak adilan bagi mereka ? atau memang ini sudah di takdirkan bagi perempuan. Satu contoh saja kaitannya dengan migrasi , begitu banyak perempuan – perempuan yang harus menanggung beban biaya anak – anaknya sendirian karena para suami mereka menikah lagi di negara tujuan, bahkan punya anak dari istri keduanya dan bertahun – tahun tidak pulang, bahkan tidak pernah   menitipkan anak – anaknya biaya untuk bersekolah, siapa kemudian tempatnya menyandarkan diri, yang terjadi perempuan hanya bisa berkata ya sudahlah ini memang sudah bagian hidup saya, seakan hanya kepasrahan itu yang timbul, mereka harus banting tulang mengais rezeki  untuk belanja anak – anak, mereka bahkan tidak pernah mengeluh tentang kerasnya kehidupan bagi mereka. Ada juga yang terjadi di masyarakat perempuan korban migrasi ini juga tidak di percaya untuk memegang keuangan hingga banyak para istri TKI yang seharusnya adalah penerima remitance justru hanya sebagai juru bayar, dan hanya di kasih upah 200 ribu rupiah dalam 3 bulan, dengan harus membiayai  belanja anak – anaknya. Ada juga beberapa  TKI yang tidak mempercayai pengolahan keuangan kepada istrinya, hingga mereka kebanyakan mengirimkan hasil – hasil mereka ke keluarga sendiri, belum lagi kalau keluarganya itu mengerti, bahkan terkadang perempuan – perempuan istri TKI ini di fitnah, dan di adukan ke suami mereka, dijelek – jelekkan oleh keluarga suaminya, dan ini akan berakibat penelantaran – penelantaran, bahkan di ceraikan lewat hp. Atau bahkan lewat sms tanpa pernah si perempuan tau pasti apa salah mereka . Ini nyata terjadi di komunitas keluarga BMI,
                Perempuan dari masa ke masa tetap pada posisi rentan, hal ini karena  berakar dari kebiasaan pada masa lampau, dimana  laki – laki selalu menjadi prioritas sementara perempuan  hanya sebagai pelengkap, perempuan tidak boleh melangkah terlalu jauh, hanya boleh diam di rumah, memasak, mencuci,mengerjakan pekerjaan – pekerjaan  rumah yang notabene di dapur , dikasur dan di sumur, jarang seorang perempuan yang di percaya untuk keluar mengembangkan diri, meningkatkan kafasitas diri mereka, kalaupun ada pasti perempuan itu akan menjadi buah bibir, akan dibilang perempuan yang tidak benar, apalagi perempuan tersebut terlihat keluar bersama laki – laki maka akan semakin dipandang sebelah mata, pandangan curiga serta desas –desus yang tidak benar akan terdegar,  Dan anggapan – anggapan masyarakat kepada perempuan sangat miris, kenapa kalau laki – laki keluar  malam tidak ada yang bilang kalau dia adalah laki – laki yang tidak benar, tapi kenapa  kalau perempuan yang keluar malam maka di anggap perempuan yang tidak benar. Kalau bicara hak waris perempuan dapat 1 dan laki – laki dapat 2, kalau bicara dalam struktur pemerintahan peran perempuan sangat minim, Yang terlihat kalau ada jamuan makan maka yang di utamakan adalah laki – laki, sementara perempuan nanti di belakang – belakang, dalam hal bersuara laki – laki lebih di dengar di bandingkan perempuan, dalam hal perkawinan, dianggap hal yang biasa jika laki – laki meiliki istri lebih dari satu, akan tetapi tidak pernah kita jumpai perempuan memiliki suami  lebih dari satu.Kemudian dari segi kasta atau darah biru( Bangsawan ), jika laki – laki kawin dengan perempuan yang bukan bagsawan, maka kebangsawanannya  anak – anaknya tetap akan ada, sementara kalau perempuan bangsawan kawin dengan laki – laki yang tidak bangsawan maka kebangsawanan anak –anaknya  akan hilang.
                Ada beberapa hal sekarang ini sudah mulai bisa di rubah,, namun ada juga yang tidak bisa di rubah, karena itu sudah merupakan adat yang  mendarah daging,  Semakin banyaknya aturan – aturan negara  yang lebih berpihak pada  laki – laki setidaknya menjadi titik terang kebahagiaan bagi perempuan, walaupun sedikit sekali aturan itu terimplementasi pada perempuan,
Diskriminasi pada perempuan sudah mulai berkurang, walaupun masih dalam kehidupan rumah tangga  laki – laki masih  dominan.

Popular Posts

ADBMI Lombok Timur. Diberdayakan oleh Blogger.