Senin, 07 Januari 2013

on
(Roma Hidayat)

(Sepenggal pengantar diskusi Konsepsi GUM DARRUSSALAM, 4 September 2011 di Taman Narmada Lombok Barat) 

Praktek social budaya dan keagamaan di Lombok telah menempatkan Perempuan Sasak terdiskriminasi semenjak dalam kandungan hingga ke liang lahat.Bahkan ketika telah terkubur, Arwah si perempuan tidak mendapatkan pnenghormatan sebagaimana jika si almarh adalah pria.

Darrussalam di pakai oleh Allah untuk menama lainkan dari Surga (Al Qur'an Surah yunus ayat 25). Dan karakteristik Surga yang biasanya di gambarkan oleh Tuhan adalah Sejahtera (tidak kekurangan sandang pangan papan) dan DAMAI (bebas dari ketakutan, bebas tindak kekerasan maupun tindak diskriminatip lainnya). .

Visioning Lombok sebagai Darrussalam (serambi surga) harus di mulai dari rekosntruksi budaya yang selama ini terpraktekkan dan wujud dalam keseharian orang Lombok. Acuan Rekonstruksi Budaya ini haruslah sewarna dengan Budaya, prilaku Surgawi seperti yang di gambarkan oleh Allah tadi. Dalam hal ini adalah DAMAI SEJAHTERA. .

Dan di manakah tempat dan waktu paling tidak DAMAI itu dalam kehidupan Sasak ?? Recording kasus KELUARGA sebagai locus paling rawan dan potensial, lokasi yang dalam hayalan (terutama yang lagi kasmaran ) sebagai tempat paling Nyaman. (Prosentase perceraian, penelantaran anak, NTB tertinggi di Indonesia, ini baru proses yang tercatat di pengadilan) .

Budaya Patriarkhi yang begitu kental, memicu prilaku kesewangan pria pada pasangan hidupnya, perempuan. Yang menemani tidurnya, meyiapkan makan, menjaga dan mendidikan anaknya. .
Saya tidak akan mengulas lebih dalam lagi. Sebagai sesama Sasak, kita secara berjamaah telah mafhum, bagaimana fakta pagi babak belur di pukul dan malamnya harus melayani hasrat sang suami itu bekerja dalam keseharian keluarga Sasak. .

Akibatnya adalah keterbelakangan Sasak hari ini. Betapa tidak ?. budaya patriarkhi ini telah : .
  1. 1. Kemiskinan pada para perempuan (prosentase kemiskinan saat ini di dominasi perempuan). Bagaimana tidak . Ketika bagi waris tiba, maka saudara laki-laki atas nama kuasa adat memakan seluruh warisan orang tua, sehingga perempuan tidak memilki asset untuk memperbaiki hidupnya. katanya , karena ia hidup di hidupi suami. Padahal dalam kehidupan ia dengan suami, sang perempuan tidak memiliki kontrol dan akses yang cukup terhadap uang /asset yang di hasilkan suami. Dus, kalau lah terjadi perceraian yang biasanya di jadikan alat untuk meneguhkan hegemoni dan penindasan pria Sasak terhadap pasangannya (maka keluarlah Mantra :APE MELEKM AH ???), maka perceraian itu juga semakin memiskinkan Perempuan. Tidak ada gono gini/mut’ah . Si perempuan hanya boleh dan hanya akan membawa piring pecah dan kain bertambal yang dulu dia bawa dari rumah orang tuanya dulu sebelum menikah. .Dan tiba-tiba kita semua heran dan mengecam, kenapa banyak sekali perempuan yang jadi PELACUR ???. Kenapa tidak pernah ada yang mengecam pria yang telah memaksa dan menjerumuskan mereka ke himpitan ekonomi (98 % mereka yang saya temui, menyebutkan bahwa kerja itu mereka ambil untuk tujuan mulia ; membiaya anaknya sekolah/masuk santren. .Subhanallah, para pelacur itu konsisten berdiri dalam kesadarannya, bahwa Anak adalah manusia titipan Allah yang di transfer lewat rahim merek yang keberdaaannya tersebab oleh muncratan sperma BAPAKNYA). Kenapa tidak cari kerja lain ??? “Bagaimana mau kerja, wong saya dulu ndak boleh sekolah tinggi sama Bapak Saya, masih ada saudara laki-laki yang juga sekolah”. .
  2. Melahirkan generasi yang tidak BERDAYA SAING. Bagaiamana tidak, si ayah lebih ridho membakar uangnya lewat benda makruh bernama rokok di banding membiayai anak sekolah. Dus , mengharap ibu-ibu yang tidak sempat mengenyam pendidikan tinggi dapat menjadi pendidik yang baik bagi anak di dalam keluarga, adalah beban berlipat yang kita tumpukkan setelah beban ganda (double bourden) yang di pikul si isteri, yang kadang juga harus menjadi penopang utama ekonomi keluarga karena Suami lebih doyan mabuk, judi dan pacaran lagi. Kalau jadi TKI, si Suami se enak udel nya bertahun tidak memberi kabar berita, kaling kepeng eak lalo dating. .

Demikianlah seterusnya. Anak-anak kita melihat, belajar prilaku kekerasan, anti Damai dan tidak menghargai perempuan itu dari Bapaknya di Dalam Rumahnya (kecenderungan anak-anak muda Sasak memandang perempuan dengan perspektif dan orientasi kelamin, tidak percaya ??? silakan luangkan waktu untuk ngobrol bersama mereka). Prilaku yang kemudian tak tersadar di praktekkan dalam pergaulan sehari-hari dan ketika bekerja, dan kelak gilirannnya menjadi Bapak. .

Lalu kapan konsepssi Darrussalam akan mewujud ?? Tidak akan pernah. Jika tidak ada upaya rekonstruksi budaya, menghapus roman patriarkhi. Memulai dengan itu. .

Popular Posts

ADBMI Lombok Timur. Diberdayakan oleh Blogger.