Saya tergelitik dan memikirkan tema diatas oleh 3 kejadian dalam 3 hari belakangan ini :
- Postingan di beberapa jejaring sosial , termasuk di dinding Pesntren FDPLT ini yang mengkaitkan antara aktivis LSM dengan dunia politik (dalam berbagai kemasan kalimatisasi ; promosi, deskripsi bahkan ada yang menjudge/menghakimi)
- Dalam sebuah acara sosialisasi program PNPM di s ebuah tempat pada jumat/ 30 Desember kemarin . Saya hadir dan bertemu dengan beberapa kalangan ; representasi birokrasi, aktivis LSM, TOGA TOMA. Materi dan dinamika kegiatan tersebut sangat tidak relevan , bahkan berbau poilitik praktis pun tidak. Namun di sela-sela diskusi, seorang pejabat dari birokrasi kita mencondongkan tubuhnya ke arah saya dan berbisik. Dan yang di soal adalah peta politik pada PILKADAL mendatang di Lombok Timur. Respons saya, mestinya saya yang tanay begitu. Kenapa tanya saya ?. Plungguhkan aktivis LSM , pasti tahu hal itu cecarnya.
- Dan Pagi ini. Dalam majelis kongkow yang secara rutiin saya usahakan sekuat tenaga untuk selalu hadir setiap ada waktu , bertempat di pos ronda sebelah utara kampung saya. Di tengah pengajian tenatng alam semesat raya ; harga semen yang fantastis, tomat yang bombastis, hujan yang hilang dan Tuhan yang tak tunduk pada hukum manapun. Tiba-tiba, tapi tidak mengagetkan saya (karena biasanya terjadi), ada peserta majelis yang memantik dikusi ke arah Politik Nasional dan Lokal. Tapi anehnya, saya di minta untuk menjelaskan. Kenapa tanya Saya (seperti jawaban saya pada kejadian ke-2 di atas), saya bukan pejabat organisasi Politik, bukan pula pengurus Partai Politik. Kami tahu, anda kan LSM, sudah kemana-mana, banyak bergaul, pasti tahu banyak masalah itu, tandas mereka.
Benang merah yang merajut 3 kejadian berbeda tempat, waktu dan audience yang menimpa saya di atas adalah : mengkaitkan aktivitas saya pribadi sebagai pekerja LSM dengan dunia Politik Praktis yang baik nasional maupun lokal. Dan uniknya, orang-orang tersebut memiliki keyakinan, setara Iman kepada Nabi, bahwa Aktivis LSM WAJIB TAHU DAN BAHKAN TERLIBAT DALAM DUNIA POLITIK PRAKTIS.
Dalam masa-masa awal saya terjun dalam dunia aktivis. Ketika masih dalam proses pengenalan (kaderisasi dan sampai sekarang saya masih terus belajar). Dogma –dogma prinsipil yang di jejalkan para pendahulu ; Dunia dan kehidupan ini bukanlah ruang hampa yang kedap Politik, maka dalam mewujudkan tujuan perjuangan harus di lakukan politik, taktik dan aksi. Dan dalam tataran ini, di dunia gerakan di kenal ada dua model aliansi ; aliansi taktis dan aliansi strategis (banyak juga yang menyebutnya aliansi ideologis) . Dan Meskipun dalam mengadvokasi sebuah issue, di butuhkan pemetaan ; KAWAN dan LAWAN, namun pada prinsipnya, kerja advokasi adalah kerja membangun solidaritas dan perlawanan dalam bentuk jejaring/semakin banyak yang terlibat mendukung akan semakin bagus. Termasuklah di dalamnya, merangkul para politisi dan atau partai politik. Dan biasanya, jenis aliansi dengan merangkul elemen dari partai politik di masukkan dalam aliansi taktis, yaitu untuk mendukung dan menambah daya tekan gerakan dalam memenangkan issue.
Di sisi lain. Nilai-nilai yang wajib di anut oleh aktivis adalah dianataranya ; kritis, obyektif, bertanggung jawab dan independen. Tapi terlepas dari itu semua, saya tidak pernah mendengar para mentor yang mengkader saya untuk terjun langsung ke dunia Politik. Any way, dari 3 kejadian di atas, minimal ada 3 point ibrah yang bisa di petik ;
- Menjadi Aktivis LSM cukup di perhitungkan,
- Menjadi Aktivis LSM, harus berwawasan Luas, tapi tidak harus menjadi Tuan Segala Tahu.
- Diksursus klasik ini harus di bedah lagi dalam kerangka menemukan kebenaran dan posisioning yang ideal bagi para aktivis. Di diskusikan secara terang benderang. Tidak boleh di tutupi atas nama apapun. Sehingga tidak meninggalkan ranah abu-abu.
Tabek
RH