Senin, 29 April 2013

on
Setelah sekian lama berjihad dengan mengambil peruntungan kerja cukup berani, Pak Ahmad akhirnya memutuskan untuk berwirausaha di kediamannya dengan usaha batako yang didapat dari simpatik tetangganya sebagai donatur


Pentingnya mengetahui prosedur tentang cara-cara bermigrasi, menggunakan jalur procedural seperti yang sering dibincangkan dan disosialisasikan kepada warga yang dilakukan oleh pemerintah dan stake holder cukup memberikan pengaruh yang bagus terhadap mainstream warga, perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku serta memberikan tekanan psikologi ke oknum “tekong” yang selama ini mengasumsikan warga BMI sebagai komoditas dan prospek bisnis menjanjikan. Perubahan ini sendiri begitu terasa. Di Desa Jenggik Utara pada tahun 2012, dari total jumlah BMI 487 orang sebesar 92,20% menggunakan jalur resmi dengan memakai jasa PJTKI yang sudah terdaftar di Dinas STT, sementara yang menggunakan jalur mandiri dan contact by person hanya 5,75% dan yang tidak berdokumen sebesar 2,05%. Bandingkan sebelum medio tahun 2000-an prosentase BMI yang menggunakan jalur procedural berkisar diangka 50-60%. Analisis resiko dan penyampaian cerita dari para alumnus BMI juga turut berperan dalam mengubah pandangan warga. Akan tetapi persoalan yang signifikan dihadapi warga BMI adalah adanya sebagian BMI yang justru hanya konsentrasi mengurusi dokumen kependudukan dan tidak melihat kontrak kerja serta job order yang ada, sehingga pada saat pemberangkatan dan sampai di negara tujuan, kerja yang diinginkan tidak sesuai dan upah yang didapatkan juga tidak sesuai, pasport dan dokumen kependudukannya diserahkan pada PT yang memberangkatkan sehingga pada saat di negara tujuan ada ketidakpuasan dan akhirnya kabur dari tempat kerja dan tidak berdokumen lagi di negara tujuan. Pengalaman-pengalaman ini memang cukup membuat warga menarik pembelajaran pada setiap tindakan spekulasi kerja yang dilakukan.Berdasarkan hal tersebut di atas, konsepsi-konsepsi umum memang sering diperdengarkan dan dibacakan. Akan lebih bijak dan lengkap jika perubahan cepat yang menjadi fenomena ini terjabar secara empiric berdasarkan pengalaman inspiratif warga, salah satunya adalah Pak Ahman yang merupakan alumnus BMI 5 kali, sekitar 4 bulan lalu pulang dari rantauan Malaysia dalam rangka berjihad untuk anak dan istrinya. Secara latar belakang pendidikan, Pak Ahman seperti warga khalayak pada angkatannya yakni tidak dapat menyelesaikan pendidikannya secara massif, hanya sampai SR. berbekal mental dan cerita inspiratif dari teman-temannya serta kondisi perekonomian yang dari hari ke hari tidak cukup mampu untuk diakomodir. Pak Ahman memutuskan mengadu peruntungan ke negeri Jiran pada tahun 1992 dengan menggunakan “Jalur Tikus”. Proses ini ditempuh karena dia beranggapan bahwa menggunakan jalur resmi hanya membuang-buang waktu karena proses administrasi yang rumit, belum lagi separuh gaji dipotong oleh pajak dan catatan yang paling menarik tentu “dia tidak bias bekerja sesuai dengan keinginannya”. Kontrak kerja dilogikakan sangat rumit.

Setelah mempertimbangkan dengan matang bermodal semangat dan niat tulus membantu perekonomian keluarga, Pak Ahman akhirnya berangkat menggunakan jasa “tekong” dan mengantarnya ke Batam menggunakan kapal laut dini hari. Singkatnya, Sampailah dia di Negara tujuan, Malaysia “Lahan Jihad” keluarganya. Pada proses kerja, Pak Ahman cukup giat bekerja dengan kontrak yang tida pasti dan status kewarganegaraan “Non IC”. Setelah bekerja cukup lama, keringat sang pahlawan ternyata tidak cukup meluluhkan nurani majikannya. Hamper setiap hari dengan intensitas kerja paruh waktu, Pak Ahman hanya dihargai uang receh dan jauh dari standar gaji yang dharapkan. Apalagi mau berbakti ke keluarganya, untuk menghidupi diri sendiri saja sangat susah. Kesabaran pak Ahman hanya bertahan sampai 2 Tahun. Pada akhir tahun 1994, pak Ahman akhirnya memutuskan untuk kabur dari lokasi sawit tempat kerjanya. Setelah sukses melarikan diri dari majikannya, pak Ahman terjebak pada tertib kependudukan aparat pemerintahan Malaysia. Tanpa mampu menunjukkan IC, Pak Ahman akhirnya ditampung dan diputihkan oleh pemerintah Malaysia. Cerita Pak Ahman selama 2 tahun terhenti dengan berbekal pengalaman tanpa hasil seperti yang dijanjikan ke keluarganya. Hutang yang ditinggalkan sebelum keberangkatan menyisakan cerita dan beban yang harus dipikul pada episode perjalanan berikutnya.

Popular Posts

ADBMI Lombok Timur. Diberdayakan oleh Blogger.