Suhu Politik terus menghangat di Daerah ini. Perubahan suhu ini berdampak pada lingkungan pondok Pesantren FDPLT, hampir sebagian besar santri FDPLT terjangkit demam politik, khususon soal “Siapa yang layak memimpin Daerah ini melalui PILKADA 2013 nanti” .
Beberapa santri sudah mulai menyebut nama bintang yang di usung. Pro dan kontra terjadi. Dan harus, serta layak terjadi. Begitulah dinamika sehat dalam alam demokrasi. Bahkan dalam satu rumah pun, menu favorit bisa berbeda, ayah boleh suka sayur kome lindung , tapi bisa jadi anak lebih suka makan daun kelor di masak bening atau pelecing botor. Di situlah musim semi penuh warna di mulai berkembang, kalau dalam hal kandok (sayur) saja kita bisa berbeda, apatah lagi soal Pilihan Pemimpin ?.
Alasan memilih kelor atau kome lindung sebagai favorit bisa subyektif bisa juga obyektif. Dalam contoh kasus di atas, bisa jadi si bapak sebenarnya dulu waktu masih muda, sangat suka makan kelor, namun belakangan menghindarinya dengan alasan ; takut penyakit rematik kumat, kurang mengundang nafsu makan atau bisa ribuan alasan lainnya. Begitu juga dinamika Percakapan kita di media ini, tentang “Siapa yang layak kita Pilih, apa alasan kita memilih sang Pemimpin tersebut”, berbagai argumentasi muncul dari mereka yang pro dan kontra. Namun dari sedemikian banyak argumentasi yang muncul, alasan pro dan kontra yang mengemuka terhadap figur yang sudah muncul di arena FDPLT ini dapat di cluster menjadi 4 kelompok model Pemilih yang juga mencerminkan model pilihannya, yaitu :
- Kelompok Pemilih Faktor Keluarga/Keturunan. Ini adalah faktor yang paling mengemuka di munculkan oleh para santri FDPLT, saya menjagokan si fulan karena dia adalah menantu dari si A, cucu dari Si B, Ipar atau paman dari Si X, kira-kira begitu argumentasi dari para pengusung model Pemilihan ini. Para pengusung model berangkat dari pengakuan dan ekspressi rasa terima kasih atas sebuah jasa dari salah satu dari nenek moyang calon yang di usung. Jika berpsekata dengan kelompok ini, maka siapakah lagi yang paling layak kita dukung karena jasanya yang begitu besar kalau bukan Keturunan Sunan Prapen. Sunan yang membawa Islam ke bumi Lombok. Jika Sunan Prapen tidak datang ke bumi Lombok, maka tidak akan ada pondok pesantren, tidak ada juga tuan guru. Yang ada hanyalah pedande atau biku. Karena orang Sasak pasti masih beragama animis, hindu kuno dan bodha (budah) jika Sang Sunan tidak datang.
- Faktor Usia . Terdapat du kutub ; pengusung besi tua atau golongan muda ?
- Faktor Pendidikan. Meskipun jumlahnya sedikit, namun kelompok ini secara ilimiha menjabarkan pentingnya menegok riwayat pendidikan seorang kandidat, karena menurut mereka, faktor pendidikan dapat menjadi tolak ukur dari kompetenis/kemahiran sang Pemimpin.
- Kelompok Jabatan. Kelompok ini melihat jejak jabatan yang pernah di emban seseorang sebagai buktui prestasi dan kompetensi. Bagaimana kalau kita usung si fulan yang sekarang menjabat sebagai Anu di instansi atau organisasi Anu. Sayangnya kelompok yang mengusung ini HANYA terhenti pada kesilauan jabatan hari ini, tidak di ikuti dengan tinjauan lebih jauh tentang prestasi gemilang apa yang telah di buat sehingga si fulan tersebut layak menduduki jebatan itu, apakah hanya merupakan jenjang karier yang alamaiah begitu saja atau loby politik atau karena prestasi luar biasa yang membuat ia layak duduk dalam jabatan tersebut. Dan prestasi apa yang di ukir melalui jabatan yang di emban ? apakah hanya tugas-tugas rutin harian yang tidak memerlukan kecerdasan atau kompetesi khusus ?. Jika ini bisa di sebutkan , tentu saja, ini dapat menjadi kekuatan empirik yang dapat di pakai untuk meyakinkan kita.
Prestasi/performance track record dan Pemikiran belum menjadi bahasan kita. Misalnya, Si fulan kita dukung karena memiliki pemikiran tentang ekonomi kerkayatan, pengelolaan Sumber Daya alam yang begini dan begini. Namun hingga kini belum ada yang mengemukakan soal itu.
Tabek
RH