Untuk meretas kondisi dan paradigma tersebut di atas Advokasi Buruh Migran Indonesia (ADBMI) menggelar diskusi bersama dengan Komunitas pecinta seni Sastra Lombok Timur diantaranya (KmRS, Kontras Lotim serta Sanggar Narariawani) dalam rangka menyatukan persepsi untuk melawan segala bentuk tindakan kekerasan terhadap perempuan(07/12/2012), adapun intervensi yang mungkin dilakukan dari kegiatan bersama ini adalah adanya perubahan mindset dan sedikit demi sedikit meretas tradisi patriarki masyarakat Kabupaten Lombok Timur pada kalangan yang dimulai dari kelompok muda. Untuk media yang dipakai adalah dengan melakukan pementasan seni yang dikemas dalam satu rangkaian malam Inagurasi. Hal ini dirasa penting mengingat mobilitas kelompok muda dalam mengawal gerakan cukup bagus.
Diskusi bersama yang bertema " Rukun Lek Bale, Damai Lek Dunie" tersebut menghasilkan kesepakatan untuk melakukan pementasan di tempat strategis (Taman Kota Selong). Pada malam Inagurasi ini juga dirangkaikan dengan diskusi setelah pementasan yang bertajuk perempuan sasak di Ujung Tanduk.
Pada tahapan pelaksanaannya, Malam Inagurasi yang dipimpin Oleh ADBMI (Muhnan, Ahyar, Habib) memberikan pandangan umum mengenai kondisi faktual perempuan sasak saat ini, ADBMI meyakini bahwa konflik yang terjadi pada bangsa ini khususnya Lombok Timur berasal dari unit terkecil rumah tangga yang banyak menjadikan perempuan sebagai budak laki-laki, sentimental yang tinggi serta penganaktirian perempuan dalam mendapatkan hak-hak warisnya. Menariknya, perempuan menanggapi itu semua dengan karakter feminimnya dan tidak henti-hentinya mencurahkan rasa kasih sayangnya kepada anak dan suami. Hal inilah yang membuat seorang anak lebih dekat dengan ibunya daripada si laki-laki. Setelah memberikan pandangan umumnya, acara dirangkaikan dengan respon pementasan oleh Teater Sanggar Narariawani sebagai respon atas pandangan umum ADBMI mengenai tindak kekerasan terhadap perempuan. Pada pementasan teaterikal ini, para pemain menunjukkan bentuk ketertindasan perempuan dalam rumah tangga serta gambaran keterkekangannya ketika berekspresi, ada juga pemain yang dengan posisi statis menggambarkan bahwa hukum dan negara ini belum sepenuh hati dalam menyikapi kekerasan terhadap perempuan. Di sela-sela pementasan, peserta dari Kontras Lotim menyambut gerakan teaterikal ini dengan pembacaan puisi yang sudah dipasang sebelumnya di latar panggung. Terhitung ada 23 Siswa/Siswi peserta membacakan puisi.
Pementasan ini mengundang perhatian publik terutama bagi pengunjung taman saat itu, walaupun cuaca gerimis, akan tetapi tidak menghalangi keinginan peserta dan masyarakat pengunjung untuk menyaksikan pementasan ini, bahkan ada tanggapan masyarakat yang miris dan ngeri melihat sketsa pertunjukan yang begitu menyudutkan perempuan dan tanpa sadar mengumpat kelakuan laki-laki yang melakukan tindakan penindasan terhadap perempuan.
Adapun tujuan Kegiatan yang dilakukan yaitu :
- Terintegral serta bertransformasinya pemahaman mengenai keadilan gender serta perlawanan terhadap kekerasan perempuan
- Kelompok Muda menjadi agen pemberi informasi bagi lingkungan, teman sebayanya, serta masyarakat umum secara luas.
- Peletakan paradigma awal mengenai peretasan tradisi patriarki melalui pertunjukan yang ditampilkan dan membentuk semangat feminim bagi lak-laki di dalam rumah tangga.
Setelah pementasan selesai, ADBMI membuka ruang diskusi bersama peserta yang berlangsung selama 1 (satu) sesi. Diskusi yang dibahas seputar tradisi patriarki yang rentan terjadi pada kelompok muda terutama pada pembatasan berkreativitas dan pemutusan akses pendidikan karena tuntutan tradisi menikah. Diskusi berlanjut mengenai rancangan tinda lanjut dari kerjasama yang dibuat dalam kegiatan malam ini, Kmunitas Rumah Sungai berpendapat bahwa malam inagurasi ini merupakan awal yang bagus untuk penggalangan kesadaran publik yang selanjutnya akan terus meluas. Selanjutnya dari diskusi ini bersepakat merekomendasikan kegiatan berikutnya dengan koalisi kelembagaan yang serupa, adapun kegiatan yang dimaksud adalah bersama-sama membuat Antologi Puisi Perempuan dan Anti Kekerasannya “Perempuan Sasak Di Ujung Tanduk”.
Sumber : Uidi